Strategi Malaysia dan Singapura Menghambat Pertumbuhan Industri Semikonduktor Indonesia

Strategi-Malaysia-dan-Singapura-Menghambat-Pertumbuhan-Industri-Semikonduktor-Indonesia



Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini mengungkapkan ketidaksenangan Indonesia terhadap respons Singapura dan Malaysia terkait rencana pengembangan industri semikonduktor di Pulau Rempang, Kota Batam. 


Dalam seminar ekonomi bertajuk “Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi: Menuju Indonesia Emas 2045,” Airlangga menyatakan bahwa negara tetangga tersebut tidak senang dengan langkah Indonesia dalam memajukan industri semikonduktor.

Menurut Airlangga, rencana pengembangan industri semikonduktor di Pulau Rempang memiliki potensi investasi yang signifikan, mencapai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 192 triliun. Namun, Malaysia dan Singapura tampaknya merasa terganggu oleh langkah ini. 

Airlangga menuding bahwa rencana Indonesia tersebut dibenturkan dengan NGO (Non Governmental Organization) atau organisasi/lembaga non-pemerintah yang bertujuan untuk menghambat industri semikonduktor di Indonesia.

Airlangga Hartarto, secara blak-blakan menyatakan bahwa Malaysia dan Singapura melakukan tindakan licik untuk menghambat rencana Indonesia memajukan industri semikonduktor. Bagaimana mereka melakukannya? Berikut adalah beberapa fakta yang perlu kita ketahui:

Amerika Serikat dan China

Airlangga menjelaskan bahwa Amerika Serikat berencana mempersiapkan Indonesia agar dapat masuk dalam pembuatan komponen semikonduktor. Di sisi lain, China juga menunjukkan minat pada bagian wafer semikonduktor. 

Kedua negara ini memiliki peran kunci dalam industri semikonduktor global, dan kehadiran Indonesia di sektor ini tentu menjadi perhatian mereka.

Isu Lingkungan

Negara tetangga Malaysia dan Singapura sering menggunakan isu lingkungan sebagai alasan untuk mengganjal rencana Indonesia. Mereka berusaha membatasi pembangunan pabrik semikonduktor di Indonesia dengan berbagai argumen terkait dampak lingkungan. 

Meskipun penting untuk memperhatikan aspek lingkungan, kita juga harus memastikan bahwa alasan ini tidak digunakan untuk menghambat kemajuan industri.

Investor Pindah

Indonesia pernah memproduksi komponen semikonduktor, tetapi investor pindah ke Malaysia karena regulasi yang diterapkan. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi yang lebih kondusif dan kepastian investasi menjadi faktor kunci dalam menarik investor ke sektor ini.

Keberadaan Engineer

Untuk mendukung pembangunan industri semikonduktor, Indonesia harus memastikan ketersediaan engineer yang memiliki keahlian di bidang mikroelektronik. Kekurangan tenaga ahli dapat menjadi hambatan dalam mengoptimalkan produksi dan inovasi di sektor ini.

Ekspor dan Produksi

Indonesia perlu menarik ulang ekspor ke Malaysia yang saat ini mencapai 40% dari produksi elektronik. 

Selain itu, memproduksi semikonduktor di dalam negeri akan membantu mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan nilai tambah industri.


Selain itu, Indonesia sudah menjadi salah satu dari tujuh negara yang dipersiapkan oleh AS untuk pengembangan industri semikonduktor. Jika tidak dengan AS, Indonesia telah mempersiapkan semikonduktor yang berbasis awal, yaitu wafer semikonduktor dari China.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang dalam tahap penyiapan industri semikonduktor.  

Airlangga berharap dapat menarik kembali industri semikonduktor ke Indonesia. Potensi investasi semikonduktor di negara-negara lain seperti Jerman (US$ 13 miliar) dan Spanyol (US$ 3 miliar) menunjukkan besarnya peluang industri ini. 

Posting Komentar untuk "Strategi Malaysia dan Singapura Menghambat Pertumbuhan Industri Semikonduktor Indonesia"